Pada sebuah majalah
nasional, terdapat surat pembaca yang merasa risih dan terganggu
dengan iklan underwear pria yang terpampang dibaliho besar, pada
jalan utama ibukota.
Jelas keresahan itu
terkait dengan format advertise yang menampilkan celana dalam dan
tubuh pria atletis sebagai penggunanya. Disebut pula pada surat
pembaca tersebut, hal itu adalah sebuah kevulgaran menjurus
pornografi.
Dalam dunia komunikasi
pemasaran, teknik advertising memiliki kekuatan pada aspek Eye
Catching publik secara meluas dengan menempatkan saluran distribusi
komunikasi melalui berbagai media, termasuk baliho.
Jangkauan audiens yang
semakin tersebar itu adalah tujuan yang hendak dicapai, untuk
membangun brand awareness dalam pengetahuan akan merek produk
tersebut.
Celana dalam
bermerek-Rider itu sesungguhnya merupakan produk unggulan dalam
negeri. Pemilik merek yakni PT Pabrik Mulia Knitting telah malang
melintang dibisnis pakaian dalam pria, bahkan sejak tahun 1955.
Problemnya kemudian
produk ini pernah hampir tenggelam bersama dengan krisis ekonomi
97-98, namun kemudian bangkit kembali, meski harus berpuas pada
peringkat kedua dijenis industri pakaian dalam pria yang market share
terbesarnya diraih oleh GT Man.
Dalam aspek pemasaran,
apa yang dilakukan Rider adalah menjalankan terobosan yang sulit. Hal
serupa seperti apa yang dialami oleh pabrik rokok dalam
memperkenalkan merek produk tembakau, karena regulasi mengenai
kesehatan.
Benturan yang dialami
Rider dalam membangun persepsi dan brand awareness adalah soal etika,
batas kesopanan, nilai pornografi dan bisa berkategori vulgar.
Sebagai pemain dibisnis pakaian dalam pria urutan kedua, berbekal
market share 14.9% maka Rider harus menantang penguasa pasar GT Man.
Tidak bisa tidak,
pertarungan diranah periklanan menjadi bagian yang menyertai,
ditujukan untuk menempelkan merek dalam benak konsumen dan
memperdalam penetrasi pasar. Bukan tanpa pengalaman, Rider yang telah
berproduksi hingga generasi lapisan keempat ini telah menjajal
berbagai metodologi pemasaran.
Terbilang dari menawarkan
hadiah langsung, undian bahkan potongan harga adalah metode yang
umum. Secara sensasional, Rider pernah menjajaki promosi produk
dengan”Tukar Kolor Lama dengan Kolor Baru” menimbulkan kehebohan
tersendiri, dan kegaduhan dalam aspek bisnis adalah indikasi awal
dari keberhasilan menanamkan brand.
Kembali kepada Baliho
Rider di Jakarta, jelas bukan hal yang salah, kalau iklan men's
underwear ini ya mempergunakan tubuh pria, dan ditempatkan dimana
celana dalam seharusnya dipergunakan. Tentu menjadi aneh bila
kemudian celana dalam itu malah dipakai dikepala bukan?.
Dengan iklim tropis,
Rider memberikan alternatif menjaga kesehatan alat vital pria dengan
menawarkan produk yang 100% katun, sehingga terasa nyaman dan membuat
penggunanya menjadi merasa, “Ademm Benerrr...”.
Jadi, Iklan tersebut
adalah ikhtiar Rider untuk menarik kembali kesadaran merek akan
produk celana dalam yang mereka produksi, sementara soal vulgar dan
pornografi sebaiknya dilepaskan dari konteks tersebut, karena toh
edukasi mempergunakan celana dalam memberikan efek positif dalam
upaya menjaga kesehatan pada area disekitar organ vital pria.
www.tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar