Selasa, 30 September 2014

Mendalami Pasar Celana Dalam: Studi Kasus Baliho Rider

Pada sebuah majalah nasional, terdapat surat pembaca yang merasa risih dan terganggu dengan iklan underwear pria yang terpampang dibaliho besar, pada jalan utama ibukota.

Jelas keresahan itu terkait dengan format advertise yang menampilkan celana dalam dan tubuh pria atletis sebagai penggunanya. Disebut pula pada surat pembaca tersebut, hal itu adalah sebuah kevulgaran menjurus pornografi.

Dalam dunia komunikasi pemasaran, teknik advertising memiliki kekuatan pada aspek Eye Catching publik secara meluas dengan menempatkan saluran distribusi komunikasi melalui berbagai media, termasuk baliho.

Jangkauan audiens yang semakin tersebar itu adalah tujuan yang hendak dicapai, untuk membangun brand awareness dalam pengetahuan akan merek produk tersebut.

Celana dalam bermerek-Rider itu sesungguhnya merupakan produk unggulan dalam negeri. Pemilik merek yakni PT Pabrik Mulia Knitting telah malang melintang dibisnis pakaian dalam pria, bahkan sejak tahun 1955.

Problemnya kemudian produk ini pernah hampir tenggelam bersama dengan krisis ekonomi 97-98, namun kemudian bangkit kembali, meski harus berpuas pada peringkat kedua dijenis industri pakaian dalam pria yang market share terbesarnya diraih oleh GT Man.

Dalam aspek pemasaran, apa yang dilakukan Rider adalah menjalankan terobosan yang sulit. Hal serupa seperti apa yang dialami oleh pabrik rokok dalam memperkenalkan merek produk tembakau, karena regulasi mengenai kesehatan.

Benturan yang dialami Rider dalam membangun persepsi dan brand awareness adalah soal etika, batas kesopanan, nilai pornografi dan bisa berkategori vulgar. Sebagai pemain dibisnis pakaian dalam pria urutan kedua, berbekal market share 14.9% maka Rider harus menantang penguasa pasar GT Man.

Tidak bisa tidak, pertarungan diranah periklanan menjadi bagian yang menyertai, ditujukan untuk menempelkan merek dalam benak konsumen dan memperdalam penetrasi pasar. Bukan tanpa pengalaman, Rider yang telah berproduksi hingga generasi lapisan keempat ini telah menjajal berbagai metodologi pemasaran.

Terbilang dari menawarkan hadiah langsung, undian bahkan potongan harga adalah metode yang umum. Secara sensasional, Rider pernah menjajaki promosi produk dengan”Tukar Kolor Lama dengan Kolor Baru” menimbulkan kehebohan tersendiri, dan kegaduhan dalam aspek bisnis adalah indikasi awal dari keberhasilan menanamkan brand.

Kembali kepada Baliho Rider di Jakarta, jelas bukan hal yang salah, kalau iklan men's underwear ini ya mempergunakan tubuh pria, dan ditempatkan dimana celana dalam seharusnya dipergunakan. Tentu menjadi aneh bila kemudian celana dalam itu malah dipakai dikepala bukan?.

Dengan iklim tropis, Rider memberikan alternatif menjaga kesehatan alat vital pria dengan menawarkan produk yang 100% katun, sehingga terasa nyaman dan membuat penggunanya menjadi merasa, “Ademm Benerrr...”.

Jadi, Iklan tersebut adalah ikhtiar Rider untuk menarik kembali kesadaran merek akan produk celana dalam yang mereka produksi, sementara soal vulgar dan pornografi sebaiknya dilepaskan dari konteks tersebut, karena toh edukasi mempergunakan celana dalam memberikan efek positif dalam upaya menjaga kesehatan pada area disekitar organ vital pria.

www.tribunnews.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar