Sabtu, 27 September 2014

Instabilitas Politik Ancaman Langsung Ekonomi



Sulit untuk melepaskan kaitan yang terhubung antara politik dan ekonomi, pun pada persoalan yang merundung negeri ini paska pembahasan RUU Pilkada yang menempatkan pemilihan Kepala Daerah nantinya melalui DPRD.

Pada perspektif ekonomi, kondisi politik bergejolak yang penuh dengan riak gelombang penolakan hasil sidang paripurna tersebut, memiliki imbas sebagai ancaman langsung bagi perekonomian domestik.

Hal tersebut tercermin pada penutupan IHSG (26/9) melemah 68,81 poin atau 1,32% pada posisi 5.132,56. Tercatat ditransaksikan sebanyak 66 saham menguat, 240 saham melemah dan 64 saham stagnan.

Pasar memberikan reaksi secara ekonomi atas kondisi politik secara aktual. 

Akhir pekan ini, hampir seluruh sektor saham terkoreksi memerah pada penutupan pasar, agribisnis (-1,3 persen), pertambangan (-2,39 persen), industri dasar (-2,67 persen), aneka industri (-2,24 persen), properti (-2,68 persen), infrastruktur (-0,08 persen), keuangan (-2,43 persen), perdagangan (-0,35 persen) dan manufaktur (-0,92 persen). 

Hanya satu sektor mengalami penguatan yaitu konsumer (0,72 persen), merupakan hal yang tidak bisa ditahan dalam proses konsumsi langsung.

Perdagangan dipasar memang dipengaruhi oleh berbagai faktor fundamental dan sentimen, salah satu yang mengemuka dimarket domestik adalah pencermatan atas perkembangan kondisi perpolitikan tanah air.

Belum berkesudahannya rivalitas politik tanah air pasca Pilpres antara para partai dan koalisi pendukung, membuat upaya membangun konsensus pembangunan bersama sebagai suatu bangsa menjadi rumit nan pelik.

Refleksi atas kondisi tersebut jelas secara nyata membayangi perekonomian dalam negeri ini sejak mulai saat ini, terlebih jika sengkarut kegaduhan ranah politik tidak dapat didamaikan dalam waktu dekat.

Sebagai emerging market yang volatil atas arus modal asing yang bisa easy come and easy go, dengan proporsi capital inflow yang terparkir hampir sekitar 37%, bila sinyalemen lokal memburuk maka dapat membuat outflow yang berpotensi membentuk krisis ekonomi baru dimasa mendatang.

Apakah masih ada ruang? Kabinet pemerintahan ke depan perlu komitmen yang kuat seluruh elemen negeri untuk mendukung keberlangsungan program, dan kohesifitas yang kuat dalam sebuah ikatan kebersamaan hanya dapat terjadi bila ranah politik dibuat menjadi lebih tenang.

Instabilitas politik jelas merupakan sebuah ancaman langsung bagi perekonomian yang tidak bisa diperwakilkan oleh siapapun.

Bila demikian, strong leadership menjadi sebuah syarat utama dalam kondisi tersebut, pemimpin terpilih harus menjadi figur perekat yang mempersatukan para pemangku kepentingan negeri ini.

Kuatnya kepemimpinan bukan dalam makna keras dan tanpa kompromi, melainkan lembut dan tegas dalam prinsip kerakyatan, karena yang akan dibangun tidak dalam logika menang-kalah, melainkan membentuk kemenangan bersama bagi seluruh elemen bangsa.

Hal tersebut menjadi mandatory, karena fragmentasi politik yang meruncing secara irasional keseluruh bagian sendi kehidupan berbangsa hanya akan membangkitkan sel tumor menjadi kanker ganas yang mematikan.

Penguatan ekonomi domestik yang tidak bergantung pada support aliran dana asing harus dibentuk sebagai wujud kedaulatan dan kemandirian, hal ini menjadi ranah para ahli dan pemikir strategi serta ekonom untuk mengidentifikasikan potensi sumber daya ekonomi yang akan diperkuat.

Disisi yang bersamaan, figur kepemimpinan negeri ini, harus dapat merangkul kubu yang berseberangan dan membangun pola komunikasi secara efektif, karena kita tidak bisa terus tersandera dengan aspek politik semata sementara itu problem ekonomi semakin merana.

Dapat dibayangkan, harga BBM disinyalir akan dinaikkan, UMP selaras dengan itu mengalami eskalasi, suku bunga bank mengalami penyesuaian, bila tidak didukung faktor stabilitas politik, pasti akan menimbulkan kerawanan.

Belum lagi menyinggung pasar perdagangan bebas dalam konteks MEA, dan perubahan pola arus barang, modal serta manusia antar negara. 

Jadi, tugas besar menanti Presiden terpilih untuk menjadi penambal luka, menjadi plester yang erat kuat menyatukan sendi bangsa bagi kemaslahatan masyarakat banyak yang harus menjadi tanggungan dipundaknya.

Sumber foto: www.bijaks.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar