Jumat, 05 September 2014

Memberantas Mafia? Gunakan cara Preman?



Hampir semua media massa saat ini dipenuhi dengan pemberitaan berkaitan dengan mafia, apapun itu bentuknya dan disetiap bidang. Sebut saja mafia migas, mafia hutan, mafia pajak, mafia hukum, mafia pangan, dan segudang sebutan mafia lain yang bekerja serupa dengan dua wajah yang tiada lain bertujuan untuk menggangsir kekayaan negara.

Sesuai dengan asal usul sejarahnya, maka mafia adalah sebuah kumpulan kolektif yang bekerja dalam sebuah organisasi rahasia untuk tujuan menjalankan kejahatan terorganisir, dimana para anggotanya disebut sebagai "mafioso", yang berarti "pria terhormat". Dalam banyak kesempatan, organisais tipikal berada dibanyak tempat dibelahan muka bumi ini termasuk diantaranya adalah Triad di teritori Cina daratan maupun Yakuza yang dikembangkan sebagai organisasi kejahatan terstruktur di Jepang.

Satu hal yang pasti, kejahatan adalah pekerjaan dan sumber utama penghidupan mereka, meski kemudian dimodifikasi menjadi bagian yang tersamar dan dikategorikan sebagai tindakan pencucian uang dari hasil kejahatan yang dilakukan.
Bentuk Mafia-isasi (Vicky Style) adalah bentuk dari kemampuan yang terbatas untuk mengurai akar masalah yang dihadapi dengan membenturkan persoalan pada sesuatu yang tampak tidak mampu diatasi. Sesungguhnya ungkapan mafia itu sendiri memberi isyarat bahwa kerangka instrument hukum tidak mampu menjerat kuasa jahat untuk tidak merajalela.
Namun apa lacur, kuasa jahat yang ditengarai sebagai mafia tersebut, ternyata kerap kali merasuk ke jaringan aparatur penegak hukum yang seharusnya bertindak sebagai bagian dari kerangka penegakan aturan dan ketertiban kehidupan bersama.
Bahayanya lagi, mafia telah mendarah daging berasimilasi dan terdifusi dalam berbagai aspek kehidupan termasuk menjadi warga terhormat, memiliki kuasa, pengaruh dan wibawa yang stereotype-nya bersemayam dalam tubuh para pejabat, penguasa dan politikus, menggunakan berbagai saluran yang Nampak mulia dan bermartabat untuk agenda dan misi kejam yakni memperkaya diri melalui mekanisme yang menyimpang.
Secara psikologis, momentum perubahan kepemimpinan adalah periode dimana harapan baru diletakkan untuk sebuah perbaikan. Dalamm hal ini modalitas yang dimiliki kepemimpinan baru cukup untuk membuktikan bahwa Mafia itu memang sebuah benda nyata yang tidak lagi sekedar mitos yang tidak dapat ditunjukkan batang hidungnya, bila hal demikian yang terjadi maka kepercayaan public akan menguat memberikan dukungan bagi upaya pemberantasan para Mafia tersebut.
Maka sekedar saran, memberantas Mafia yang bekerja secara rapi dalam menjalin kejahatan secara terstrukur dan sistematis hingga kemudian berdampak massif pada penderitaan rakyat, perlu dirumuskan pendekatan yang ekstrem dengan menjalankan pola mafia yang setara, bukan ala preman jalanan.
sumberfoto: ceritaperut.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar