Rabu, 17 September 2014

Memandang Dana Abadi Rp 24T di Gunung Padang

Sejarah merupakan bagian dari masa lalu, yang dapat kita pelajari hari ini, sebagai bentuk kearifan hidup. Apa yang terjadi dengan Gunung Padang? Masih misteri, hal itu terkait dengan bentuknya yang simetris tipikal piramida. Berbagai teori dan premis dibangun untuk lokadi yang terletak di Cianjur, bahkan dibentuk tim khusus untuk memastikan posisi kesejarahan Situs Gunung Padang.

Beberapa dugaan menempatkan lokadi Gunung Padang sebagai bagian dari kebudayaan serta peradaban dari tiga tahap kebudayaan yakni 500 SM, 5.200SM dan 10.000SM yang menempatkan peradaban di Cianjur ini menjadi situs penting dunia nantinya karena lebih tua dibandingkan dengan Piramida di Mesir.

Hasil temuan dari upaya penelitian dan pelestarian situs tersebut menemukan bentuk batuan serupa koin perunggu dikedalaman 11 meter berdiameter 1,7cm dengan motif hiasan yang cukup rumit, sehingga ditengarai merupakan artefak yang dibuat dengan menggunakan teknik cetak

Sesungguhnya tidak ada yang salah dalam melakukan rekonstruksi kebenaran dan keingintahuan demi ilmu pengetahuan, namun kemudian kita memang dihadapkan pada kepentingan praktis yang substansial, karena kepentingan dari sejarah dimasa lalu adalah menjadi bentuk pemahaman akan pembelajaran hidup ini.

Menariknya alokasi dana yang disediakan sebagai dana abadi dalam melakukan eksplorasi Situs Gunung Padang disediakan sebesar Rp 24T yang nantinya akan dipergunakan untuk melakukan riset, pendidikan serta melakukan pengembangan daerah Situs Gunung Padang sebagai kawasan edukasi, pariwisata dan ekonomi secara terintegrasi sebagai sebuah dukungan bagi daerah Cianjur secara keseluruhan.

Dana sebesar itu, bagi saya secara pribadi, nampak berlebihan. Benar bahwa ilmu pengetahuan memang membutuhkan ongkos penelitian yang mahal, tetapi dalam konteks alokasi penganggaran kita harus bijaksana, sesuai dan tepat sasaran. 
 
Alangkah elok bila kemudian dalam kapasitas dana sebesar itu dapat dialokasikan bagi pengembangan sumberdaya manusia di Cianjur, memperkuat basis pertanian di Cianjur yang dikenal sebagai sentra penghasil beras untuk memiliki teknologi pertanian yang unggul. Termasuk untuk memperluas akses kesehatan dan pendidikan dikawasan Cianjur dilokasi dimana Gunung Padang berada.

Karena kita tidak tinggal dimasa lalu, melainkan disaat ini untuk menorehkan sejarah dimasa depan. Kalau kemudian tingkat kesejahteraan masyarakat Cianjur meningkat, bukan tidak mungkin kita akan melihat fase kebudayaan yang bertumbuh yang dapat menjadi cikal bakal sejarah dimasa yang akan datang bagi generasi penerus.

Kita tentu bias berbeda, dan itu tergantung cara pandang kita dalam melihat masa lalu. Piye sih kepenak jaman ku to?....just smile 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar