Pengalaman adalah guru yang berharga, dimana kita
bisa mengambil banyak pelajaran yang bermanfaat dalam kehidupan kita.
Demikian setidaknya yang menjadi petuah yang kerap terdengar, dan
secara nyata hal tersebut menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari siklus hidup ini.
Setidaknya hal itu dirasajan oleh Toien Bernadhie
Radix Akassa, alumnus Kehutanan UGM, yang sekaligus menjadi punggawa
dari kelahiran Radix Guitar yang kini telah melejitkan diri sebagai
produk Indonesia dimata dunia. Sebuah alat musik berkelas yang
dihasilkan dari tangan kreatif anak negeri.
Kini Radix Guitar telah menjadi sebuah bran
international, bahkan sukses mengikuti pameran alat musik dimanca
negara yang berlangsung di Frankfurt Jerman dalam ajang MusikMesse
2012. Produk gitar ini secara radikal menjadi acuan baru dari
industri musik tanah air yang dikagumi.
Sebenarnya, hal ini berawal dari kesukaan Toien
untuk memakai alat musik ini, maklum saja, Gitar dikenal sebagai
instrumentasi musik dasar yang menjadi pemandu utama sebuah komposisi
musik, jelas perlu keahlian khusus yang tingkat tinggi dalam
menciptakan sebuah electic guitar.
Banyak pemain internasional yang berkecimpung
dibidang yang sama tidak menyurutkan langkan Toien, bahkn brand gitar
yang dibuatnya pun menggunakan inisial nama belakangnya. Sebuah
langkah berani dalam memperkenalkan merek baru ketika pasar masih
belum acceptable atas produk lokal.
Selama ini, yang ada dalam benak konsumen akan
produk sejenis buatan dalam negeri adalah harga yang murah dengan
kualitas medioker, dan hal itu dijungkirbalikan oleh kehadiran
Radix Guitar, yang secara radikal mendeskonstruksi gagasan
akan rendahnya kualitas gitar lokal dalam persepsi konsumen.
Tentu tidak dalam waktu sekejap, Toien sendiri
membutuhkan waktu yang agak panjang hingga menemukan formulasi antara
bahan baku hingga proses produksi yang bersesuaian untuk mendapatkan
hasil yang berkualitas, karena produk alat musik bukan hanya terlihat
pada tampilan cashing semata tetapi dikemampuan musikalitas
dan playability dari instrumen tersebut, terlebih sebuah
gitar.
Perjalanan brand Radix sebenarnya sudah dirintis
sejak tahun 2003 dengan produksi gitar elektrik ber-merek Marlique
sebagai hasil kerjasama antara Toien dengan Ridho Hafiedz, gitaris
Slank, namun memang relasi bisnis itu harus berakhir pecah kongsi
pada 2008.
Dalam kerangka menumbuhkan kembali brand baru, maka
Toien terus mengeksplorasi passion yang memang menjadi bagian
dari dirinya yakni bermusik. Kini, Radix menjadi produk lokal yang
bisa dibandingkan dengan berbagai produk asing lain dalam aspek
kualitas dan harga.
Duta Gitar dan Strategi Bisnis
Penikmat alat musik sudah pasti mereka yang
menggemari musik dan pemusik itu sendiri, oleh karena itu Toein
dengan jeli melihat kepentingan pemasaran harus dilakukan dengan
menggandeng kerjasama dengan gitaris musik kenamaan ditanah air
sebagai bukti dari uji kualitas produk.
Melalui berbagai learning process, maka kini
kini sudah banyak gitaris band nasional yang menjadi pengguna
sekaligus duta bagi Radix Guitar, sebut saja Eet Sjahranie (Edane),
Edwin (Coklat), Farri Icksan (the S.I.G.I.T), Iwan Hoediarto (St
LOCO) dan Sonny (J Rocks). Aspek testimonial user menjadi bagian dari
Word of Mouth yang dibangun, bahwa produk Radix Guitar adalah
kebanggaan bangsa karena kualitasnya.
Simak saja komentar serta pujian positif yang
dihasilkan dari para “brand ambassador” Radix Guitar ini,
seperti yang dilontarkan oleh Rama, gitaris Nidji -”Sebuah
gitar karya anak negeri yang sangat luar biasa, & memiliki
kualitas bagus untuk gitar lokal. Gitar itu saya kasih nama
“Stallion” yg berarti laki laki kuat, kokoh, & memiliki nilai
10 di mata wanita”.
Tidak hanya sampai disitu, Radix pun bekerjasama
dengan gitaris dunia Jan Akkerman (gitaris blues asal Belanda) dan
Stuart Marshall (Empire of Eden -Australia). Bukan hanya berlabel
jago kandang, kini Radix Guitar pun sudah singgah ke Belanda,
Finalndia, Islandia, Norwegia bahkan Swiss. Tentu bukan hal mudah
untuk mendapatkan pasar disana, karena kualitas adalah ukuran utama.
Sebagaimana situs resminya: www.radixguitars.com,
maka Toien telah memiliki sekitar delapan pakem jenis gitar
yangdiproduksinya, dan dalam hal tersebut Radix Guitar memberi
jaminan atas after sales service atas gitar yang
diproduksinya, kini rerata produknya mencapai 120 gitar/ bulan dengan
50% diantaranya ditujukan bagi pasar eksport, dengan beroleh omset
sekitar Rp250 juta/ bulan.
Untuk membangkitkan stimulasi ketertarikan peminat
diluar negeri, maka Radix Guitar memang sengaja menggunakan bahasa
Inggris untuk dalam laman digital pada portal online perusahaan, hal
tersebut menjadi sebuah aspek penting dalam membangung pola
komunikasi dengan pelanggan.
Karena bertumpu pada kekuatan kualitas produk, maka
harga dalam pandangan Toien menjadi aspek sekunder yang menyertai,
menurutnya hal tersebut affordable based on reliability dan
sesuai dengan hasil yang ditunjukkan dari performa lewat musikalisasi
Radix Guitar.
Pada sebuah produk kreatif, kepercayaan diri akan
kualitas yang terbaik dari apa yang kita hasilkan akan bersesuaian
dengan penerimaan pasar akan hal tersebut, dan hal ini secara tepat
dimaknai oleh Toien, bahwa Radix Guitar telah menjadi pelopor pada
pangsa pasar electric guitar yang Mid Up, untuk itu kini
tengah digarap pembuatan gitar akustik dengan segmen serupa
bekerjasama dengan para pengrajin di daerah Solo.
Jelas bahwa ide kreatif tidak bisa berhenti atau
dihadang, maka kerja kreatif yang mengaktualisasikan ide tersebut
memiliki peran dalam implementasi pelaksaan langsung. Tantangan yang
harus dapat dijawab oleh Radix Guitar adalah membangun komunitas yang
solid dalam mengembangkan merek ini menjadi lebih luas serta mendalam
dihati penggemar fanatiknya.
Termasuk potensi membangun kerjasama dengan berbagai
lembaga musik serta berbagai pameran musik dan alat musik ditanah
air, untuk semakin mempopulerkan kebutuhan bermusik, khususnya
menggunakan gitar elektrik yang bernama radix Guitar.
Kini gitar listrik
asal Tangerang itupun melintas batas negara. Jrenggg.....
keep on rockin yeah....
Sumber foto: radixguitars.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar