Senin, 20 Oktober 2014

Menanti Prestasi Nahkoda Jokowi dalam 100 Hari Kerja

Bila kemudian kita menganalogikan negara ini sebagai sebuah kapal laut, maka peran seorang nahkoda menjadi penting dalam menentukan kemana arah tujuan biduk kapal akan berlabuh. Mencermati pidato pelantikan Jokowi, yang menekankan pentingnya jiwa cakrapatih samudra, layaknya jiwa pelaut yang berani mengarungi gelombang dan hempasan ombak yang menggulung.

Identifikasi kekuatan nasional telah terlihat sebagaimana termuat dalam pidato Jokowi tersebut, yakni, “...Indonesia sebagai negara terbesar ketiga, dengan penduduk muslim terbesar di dunia, sebagai negara terbesar di Asia Tenggara...”. Tentu hal tersebut harus menjadi modalitas besar bagi pembangunan ke depan, karena bangsa ini harus kuat dalam aspek kuantitas dan kualitas.

Arah pembangunan yang akan dituju kembali menguatkan posisi negeri bahari yang dikepung samudera dan lautan luas, sehingga “...sebagai negara maritim, samudra, laut, selat dan teluk adalah masa peradaban kita. Kita telah terlalu lama memunggungi laut, memunggungi samudra, dan memunggungi selat dan teluk. Ini saatnya kita mengembalikan semuanya sehingga 'Jalesveva Jayamahe', di laut justru kita jaya, sebagai semboyan kita di masa lalu bisa kembali...”.

Hanya dengan bekerja keras dan bahu membahu dalam kegotong royongan hal itu dapat dilaksanakan sebagai seuah kolektif berbangsa, dan untuk itu Indonesia harus kreatif dalam menyusun peradaban dimasa mendatang dengan pembangunan yang dilaksanakan saat ini. Mengembangkan layar, memanfaatkan tenaga badai dan gelombang menjadi kekuatan guna mendorong kapal melaju kencang disamudera nan luas, hal itu hanya bisa dilakukan bergandeng tangan bersama seluruh elemen bangsa.

Role Model Kepemimpinan

Tentu merealisasikan sejumlah janji besar dalam waktu tidak lebih dari 3 bulan bukan hal yang mudah, jelas bahwa hal tersebut tidak semudah membalik telapak tangan. Perjalanan panjang dalam kehidupan negara memang sulit untuk diukur dalam waktu singkat, namun prestasi terbaik tentu dapat dilihat dari gebrakan dalam kurun waktu yang singkat untuk menegaskan komitmen akan nilai kerakyatan

Kita tentu berkejaran dengan waktu, untuk mengejar semua ketertinggalan bangsa ini. Tapi semua kemungkinan dapat terjadi, asalkan terdapat perencanaan yang kuat serta kemauan dalam eksekusi berbagai aktifitas terukur, hal yang tidak mungkin menjadi mungkin sebagaimana cerita yang kemas oleh Jules Verne dalam bukunya Around the World in 80 Days (1873).

Dalam merumuskan perencanaan, tentu pemerintahan mendatang perlu memastikan terlebih dahulu berbagai janji yang telah terucap. Pidato pembukaan Jokowi dalam pelantikan kenegaraan telah memberikan isyarat penting kemana kita akan menuju, namun demikian penyusunan kabinet dan bagaimana para pembantu presiden dapat merumuskan mandat kedaulatan dalam program kerja yang bersesuaian tentu perlu ditunggu.

Hal yang pasti perlu dijadikan sebagai upaya melewati tanggungjawab dalam beban kesejarahan bangsa kali ini adalah menguatkan peran role model leadership, bahwa larut dalam kegembiraan haruslah disudahi, saatnya menyingsingkan lengan baju untuk mewujudkan berbagai harapan baru bagi Indonesia yang lebih baik dalam berbagai aspek perikehidupan maupun percaturan internasional.

Pemimpin harus memberi inspirasi, mendukung peran sebagai perekat, peneguh dan pemberi motivasi untuk membangun kekuatan yang bersandar pada kekuatan publik secara bersama, memberikan gelora penyemangat yang tidak berkesudahan, berani untuk mengambil peran ke depan secara bertanggung jawab dan menginduksi spirit kebangsaan sebagai sebuah kesatuan yang tidak terpisahkan.

Sejatinya tugas kabinet Jokowi tidaklah mudah, tantangan ekonomi dimasa depan sangatlah berat, hal ini masih dapat disiasati dengan strategi dalam perencanaan program kerja yang tepat dan terukur, dan dalam hal itu maka sudah seharusnya pemerintah secara transparan membuka blue print program kerja sehingga bisa dievaluasi dari waktu ke waktu, guna memastikan pencapaian sesuai dengan tujuan asal.

Pembangunan basis kekuatan maritim harus menjadi aksi dari sekedar janji, masyarakat pesisir yang selama ini tertinggal dalam konteks pembangunan harus mendapatkan prioritas yang setara dengan seluruh lapisan masyarakat lainnya, termasuk masyarakat pedalam, terpencil dan pulau terluar. Sektor kehutanan, pertanian dan energi harus menjadi fokus kepentingan dalam menciptakan negara berdikari.

Konsepsi Trisakti yang berdaulat, berdikari dan berkepribadian tentu harus dihadirkan bagi bangsa ini secara utuh dari Sabang sampai Merauke. Sehingga dalam waktu 100 hari, bukanlah menjadi durasi waktu yang muskil untuk dapat melihat apa yang dilakukan oleh pemerintahan Jokowi, karena harapan terbumbung itu begitu besar.

Warga bangsa Indonesia perlu melihat sejaumana penerapan gagasan kerakyatan yang diusung menjadi sebuah konsepsi kerja langsung nan praktis dibandingkan segudang wacana normatif. Hal yang serba sulit bukan menjadi sebuah kemustahilan bila pemerintah melalui simbolisasi kerja presiden bekerja keras dan disambut oleh seluruh lapisan masyarakat secara antusias membawa biduk besar negara-bangsa ini ke pulau harapan yang adil, makmur dan sejahtera.

Sumber foto: www.deviantart.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar