Selasa, 14 Oktober 2014

Potret Industri Kreatif Indonesia

Industri kreatif dan industri berbasis teknologi, bagaikan dua sisi mata uang yang saling berlawanan, namun saling melengkapi. Di era digital sekarang, tidak bisa dipungkiri bahwa elektronik, gadget, dan segala hal berbau teknologi sudah sangat melekat dengan aktivitas keseharian kita.

Seolah menjadi kebutuhan pokok. Bahkan, tidak jarang seseorang lebih memilih lupa membawa dompet daripada lupa membawa smart phone nya. Sampai tahap itulah tingkat ketergantungan kita terhadap barang hasil teknologi, bahkan menciptakan sindrom baru yang dikenal sebagai Nomophobia.

Bagi Negara-Negara dan orang-orang yang terampil dengan teknologi, tentu hal ini mendatangkan benefit tersendiri bagi mereka. Bagaimana tidak? Dengan kemampuan yang mereka miliki, mereka dapat menawarkan “harga” yang pantas – bahkan tidak jarang menjadi penentu harga di pasar.

Bagaimana dengan Indonesia, yang bisa dikatakan tertinggal dari Negara-Negara penguasa teknologi, seperti Amerika dan Jepang?

Tentu kita tidak boleh berkecil hati dan hanya menjadi follower Negara penguasa teknologi tersebut. Kekayaan dan keanekaragaman Budaya. Itulah yang bisa kita banggakan dan kita kembangkan. Bahkan, jika kita jeli melihat peluang, tidak hanya menciptakan bisnis baru, kita juga bisa menjadi pioneer dalam industri kreatif, yang akan terjadi setelahnya adalah kita akan menjadi market leader dalam bisnis yang kita kembangkan.

Handicraft asli Indonesia

Salah satu pemuda kreatif Indonesia yang jeli melihat peluang tersebut serta berhasil memadukannya dengan kemajuan teknologi saat ini adalah Melissa Sunjaya, fouder sekaligus CEO “Tulisan”, sebuah usaha bisnis kreatif yang menawarkan produk-produk handcraft asli Indonesia.

“Tulisan” merupakan koleksi handmade, dengan cetakan limited edition, yang diaplikasikan untuk tas, totes, dan aksesoris kebutuhan rumah tangga.

Setiap ilustrasi di setiap karya Melissa didasarkan atas komposisi kolaborasi antara pena dan sketsa tinta yang dikolaborasikan dengan cerita fiksi singkat atau cerita rakyat yang mengandung tema mengenai cita-cita, cinta dan harapan. Beberapa diantaranya adalah The Secret Garden of Admiral Kasarung, Les Papillons de Victor, Pepe and The Flying Balloon, Delightfully Yours, Sound of Dawn, Batavia Hotel, Amma Supahilo, dan beberapa lainnya.

Target market produk “Tulisan” adalah foreign high-end young lady, baik yang tinggal didalam maupun diluar negeri. Dengan menyajikan kualitas terbaik dalam setiap karyanya, Melissa membandrol harga yang cukup tinggi, yaitu sekitar USD 77 sampai USD 137 untuk tas.

Mengapa Melissa memilih sebuah nama berbau Indonesia – Tulisan – sebagai nama brand nya, padahal yang disasar adalah orang asing? Hal ini berdasarkan filosofi kata “Tulisan”, yang bermakna dibalik setiap produk hasil karyanya, mengandung cerita khusus yang akan ia ceritakan kepada setiap customernya. Kata asal Indonesia itupun dipilih untuk menunjukkan identitas bangsa asalnya, Indonesia.

Dengan selalu menjaga kualitas dan originalitas dari karyanya, bisnis yang dimulai Sejak 2010 lalu terus berkembang. Bahkan, Melissa sudah berhasil mewujudkan impiannya: menciptakan industry kreatif yang diterima di pasar global. Saat ini, selain di Indonesia, toko-toko “Tulisan” tersebar di Amerika, Mexico, Hongkong dan Taiwan. Selain itu, dengan memanfaatkan teknologi, pembelipun dapat membeli secara online karya “Tulisan” melalui situs resmi mereka, www.tulisan.com.

Belajar dari kepiawaian Melissa Sunjaya membaca peluang dan keberanian untuk berkarya di industri kreatif, ada banyak hal yang bisa kita explore dari kekayaan budaya negeri ini. Dengan memadukan unsur warisan budaya, teknologi, dan kreativitas, peluang di dunia industri kreatif terbentang luas di hadapan kita.

Tantangan yang harus kita jawab adalah menciptakan industri kreatif yang tidak saja diterima mayarakat lokal, tetapi juga diterima secara global. Mari bersama-sama kita harumkan nama Indonesia..

Khoirunisya

Sumber foto: www.pinterest.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar