Industri kreatif dan
industri berbasis teknologi, bagaikan dua sisi mata uang yang saling
berlawanan, namun saling melengkapi. Di era digital sekarang, tidak
bisa dipungkiri bahwa elektronik, gadget, dan segala hal berbau
teknologi sudah sangat melekat dengan aktivitas keseharian kita.
Seolah menjadi kebutuhan
pokok. Bahkan, tidak jarang seseorang lebih memilih lupa membawa
dompet daripada lupa membawa smart phone nya. Sampai tahap itulah
tingkat ketergantungan kita terhadap barang hasil teknologi, bahkan
menciptakan sindrom baru yang dikenal sebagai Nomophobia.
Bagi Negara-Negara dan
orang-orang yang terampil dengan teknologi, tentu hal ini
mendatangkan benefit tersendiri bagi mereka. Bagaimana tidak? Dengan
kemampuan yang mereka miliki, mereka dapat menawarkan “harga”
yang pantas – bahkan tidak jarang menjadi penentu harga di pasar.
Bagaimana dengan
Indonesia, yang bisa dikatakan tertinggal dari Negara-Negara penguasa
teknologi, seperti Amerika dan Jepang?
Tentu kita tidak boleh
berkecil hati dan hanya menjadi follower Negara penguasa teknologi
tersebut. Kekayaan dan keanekaragaman Budaya. Itulah yang bisa kita
banggakan dan kita kembangkan. Bahkan, jika kita jeli melihat
peluang, tidak hanya menciptakan bisnis baru, kita juga bisa menjadi
pioneer dalam industri kreatif, yang akan terjadi setelahnya adalah
kita akan menjadi market leader dalam bisnis yang kita kembangkan.
Handicraft asli
Indonesia
Salah satu pemuda kreatif
Indonesia yang jeli melihat peluang tersebut serta berhasil
memadukannya dengan kemajuan teknologi saat ini adalah Melissa
Sunjaya, fouder sekaligus CEO “Tulisan”, sebuah usaha bisnis
kreatif yang menawarkan produk-produk handcraft asli Indonesia.
“Tulisan” merupakan
koleksi handmade, dengan cetakan limited edition, yang diaplikasikan
untuk tas, totes, dan aksesoris kebutuhan rumah tangga.
Setiap ilustrasi di
setiap karya Melissa didasarkan atas komposisi kolaborasi antara pena
dan sketsa tinta yang dikolaborasikan dengan cerita fiksi singkat
atau cerita rakyat yang mengandung tema mengenai cita-cita, cinta dan
harapan. Beberapa diantaranya adalah The Secret Garden of Admiral
Kasarung, Les Papillons de Victor, Pepe and The Flying Balloon,
Delightfully Yours, Sound of Dawn, Batavia Hotel, Amma Supahilo,
dan beberapa lainnya.
Target market produk
“Tulisan” adalah foreign high-end young lady, baik yang tinggal
didalam maupun diluar negeri. Dengan menyajikan kualitas terbaik
dalam setiap karyanya, Melissa membandrol harga yang cukup tinggi,
yaitu sekitar USD 77 sampai USD 137 untuk tas.
Mengapa Melissa memilih
sebuah nama berbau Indonesia – Tulisan – sebagai nama brand nya,
padahal yang disasar adalah orang asing? Hal ini berdasarkan filosofi
kata “Tulisan”, yang bermakna dibalik setiap produk hasil
karyanya, mengandung cerita khusus yang akan ia ceritakan kepada
setiap customernya. Kata asal Indonesia itupun dipilih untuk
menunjukkan identitas bangsa asalnya, Indonesia.
Dengan selalu menjaga
kualitas dan originalitas dari karyanya, bisnis yang dimulai Sejak
2010 lalu terus berkembang. Bahkan, Melissa sudah berhasil mewujudkan
impiannya: menciptakan industry kreatif yang diterima di pasar
global. Saat ini, selain di Indonesia, toko-toko “Tulisan”
tersebar di Amerika, Mexico, Hongkong dan Taiwan. Selain itu, dengan
memanfaatkan teknologi, pembelipun dapat membeli secara online karya
“Tulisan” melalui situs resmi mereka, www.tulisan.com.
Belajar dari kepiawaian
Melissa Sunjaya membaca peluang dan keberanian untuk berkarya di
industri kreatif, ada banyak hal yang bisa kita explore dari kekayaan
budaya negeri ini. Dengan memadukan unsur warisan budaya, teknologi,
dan kreativitas, peluang di dunia industri kreatif terbentang luas di
hadapan kita.
Tantangan yang harus kita
jawab adalah menciptakan industri kreatif yang tidak saja diterima
mayarakat lokal, tetapi juga diterima secara global. Mari
bersama-sama kita harumkan nama Indonesia..
Khoirunisya
Sumber foto: www.pinterest.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar