Kita tentu patut
mengapresiasi metode kerja senyap yang dilakukan oleh Pak Boediono
dalam hal penyelamatan aset yang diindikasikan terkait dengan
penyimpangan penerimaan negara. Dalam laporan yang dipaparkan,
setidaknya terdapat aset hitam senilai Rp4,574 triliun dan U$718.868
dolar AS serta SingDolar 9,98 juta serta berbagau aset properti lain
yang belum dapat ditentukan nilainya.
Dari sejumlah itu,
Rp2,596 triliun telah berhasil dikembalikan ke negara dan sisanya
sedang menjalani proses hukum terkait, sehingga diperkirakan akan
mengalami pertambahan. Tanpa publikasi yang gegap gempita, ternyata
Pak Boediono menunjukan hasil kerja nyata yang tidak terliput.
Pada kasus tersebut,
sesungguhnya pola komunikasi yang tertutup memang membuat banyak
pihak menaruh sangsi akan aktifitas yang dilakukan oleh tokoh
tersebut. Bahkan dalam banyak kesempatan, sikap tertutup tersebut
kemudian dikaitkan dengan berbagai spekulasi liar nan panas seperti
soal skandal Bank Century.
Skill Komunikasi
Pejabat Publik
Disisi yang bersamaan,
kita tentu berharap seorang tokoh sekaligus pejabat publik yang
diberikan mandat serta wewenang dipundaknya, memiliki kemampuan
berkomunikasi secara dialogis dengan audiens publik. Proses
komunikasi tersebut membangun common perception menuju high trust
level.
Konsekuensi dari
keberadaan pejabat publik tentu saja adalah sorotan publik, dan hal
tersebut adalah logika yang wajar karena ekspektasi yang diharapkan
publik sangat bergantung dari kerja nyata yang dapat dihasilkan,
persoalannya yang timbul kemudian adalah bagaimana ukuran
keberhasilan dapat ditentukan bila aktifitas dalam berkegiatan
menjadi bersifat tertutup dan terkesan ekslusif.
Bahwa pembangunan rasa
kepercayaan, hanya dapat dirajut melalui proses komunikasi, dan
relasi dalam interaksi tersebut akan menciptakan kebersamaan dan
inklusifitas yang tentu saja diharapkan menjadi bagian penyambung
rasa, bahwa pemimpin tidak berjarak dari yang dipimpin.
Tetapi memang harus
diakui, cara dan gaya bekerja individu berbeda dan unik, karena hal
itu tentu sangat bergantung dari tipikal atas karakter pribadi
seseorang. Namun, saat status kedudukan berubah menjadi pejabat
publik, maka momentum beraudiensi dengan publik harus menjadi agenda
penting.
Meski memang, kita memang
butuh informasi yang terbuka, karena sikap yang transparan dapat
membangkitkan sentimen positif dalam membangun kepercayaan publik dan
hal itu harus ditunjukkan secara riil oleh seluruh pejabat publik
yang menyandang kedudukan sebagai aparatur negara.
Pada masyarakat yang
semakin modern dan kritis, tentu tidak dapat dihindari seorang
pejabat publik harus dapat menjadikan kritik sebagai sarana evaluasi
yang reflektif bagi kemajuan bangsa secara bersama, karenanya sikap
yang komunikatif, setara dan interaktif dalam dialog hangat tentu
dinantikan.
Gaya komunikasi nan
retorik, penuh penekanan yang bersifat satu arah dan menutup ruang
diskusi lebih lanjut tidak lagi mendapatkan tempat dimasa sekarang,
karena kita sudah lama terkungkung dalam ketertutupan informasi yang
suram pada saat era semi-demokrasi pra reformasi.
Berkomunikasi tentu bukan
saja menyoal melulu tentang hasil kerja, tetapi sekaligus mendorong
publik untuk memberikan masukan, koreksi dan mendapatkan konsensus
dari harapan yang diinginkan oleh audiens yang meluas tersebut,
sehingga pada akhirnya kebijakan yang diambil dalam bentuk program
kerja yang disusunkan akan dapat sesuai dengan actual needs yang
muncul.
Tentu bukan pula pejabat
publik yang nampak menjadi “overacting” berkomunikasi melalui
-sosial media sepanjang waktu dengan lapisan penggemar loyalnya saja
untuk berbagai hal yang nampaknya tidak esensial dalam solusi yang
menyentuh persoalan publik.
Komunikatif, tentu tidak
hanya dengan yang sepaham dan sependapat, karena kita hanya akan
berada dalam kondisi yang stagnan tanpa dinamika ala Orde Baru dengan
ABS -Asal Bapak Senang-nya, bahkan harus mampu berhadapan dengan
kelompok yang berseberangan, karena negara ini adalah milik kita
bersama bukan bagian perbagian semata.
Jadi, kolektif
kepemimpinan nasional dimasa mendatang tentu harus mampu memecahkan
kebuntuan komunikasi melalui keterbukaan informasi yang bersifat
dialogis dan serata sehingga kita dapat bersama membangun negeri ini
melalui peran serta aktif semua lapisan kepentingan sesuai dengan
peran masing-masing.
Terima kasih pak Boed,
atas kebersahajaan dan kerja kerasnya, tentu hal tersebut menjadi
inspirasi bagi perbaikan kita bersama.
Sumber foto:
ms.wikipedia.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar