Minggu, 12 Oktober 2014

Turbulensi Politik dan Kepemimpinan Nasional


Cuaca politik kali ini memang tidak terlalu baik, kekuatan politik nasional yang direpresentasikan melalui partai politik mengentalkan perbedaan melalui skema koalisi yang mengerucut pada dua kutub yang berbeda, meski slogan Indonesia Hebat serta Merah Putih merujuk pada kepentingan secara umum, namun aspirasi kanal politik via koalisi memiliki tendensi berbeda sesuai kepentingan kelompok elit, yang terpisah dari kehendak publik.

Kondisi kepemimpinan baru yang akan segera dilantik masih berada dalam kepungan turbulensi politik, yang secara langsung mengguncang sistem yang sudah dirancang bangun bagi penyelenggaraan pemerintahan mendatang.

Angin badai atas gangguan stabilitas politik datang baik dari samping, belakang maupun lewat arah depan bagi pemimpin terpilih, karena posisi konsolidasi politik yang tidak rigid menempatkan koalisi penyokong kepemimpinan nasional terpilih justru dalam kondisi dibawah subordinasi koalisi oposisi yang bersebrangan.

Keputusan merupakan bagian terpenting dalam kerangka mengatasi masalah dan resiko. Kemampuan untuk mengambil keputusan disaat kritis adalah hal penting yang harus dimiliki oleh pemimpin dan kolektif kepemimpinan yang akan menjadi sistem pemerintahan terpilih.

Setiap permasalahan ataupun problem merupakan esensi dari causa perkembangan kehidupan, sehingga kemampuan untuk merumuskan resolusi sesuai identifikasi masalah perlu dikembangkan guna mencari jalan keluar terbaik. 

Bagaimana mengatasi masalah kemelut dalam turbulensi politik kali ini dengan mempergunakan formulasi strategi pengambilan keputusankritis disaat yang tidak terkondisikan.

Dalam dunia yang berubah maka salah satu kepentingan nan harus diperkuat adalah persoalan persiapan serta perencanaan, termasuk dalam memformat arah pengambilan keputusan yang tepat sasaran.

Menilik friksi politik yang memuncak pasca periode PilPres tentu membayangkan kemungkinan kubu politik yang berkonfrontasi tentu akan mencari celah opportunity dalam kesalahan yang mungkin bisa dibuat oleh kepemimpinan mendatang.

Bila sudah demikian, maka kemampuan dalam merumuskan kebijakan kritis menjadi mandatory penting bagi pemimpin dan kabinet pemerintahan yang akan berada dalam supervisi dan pengawasan koalisi parlemen.

Apa yang menjadi fokus prioritas? Jelas sensitivitas pemimpin dalam melihat akar persoalan, kemudian mengembangkan alternatif solusi, hingga kemudian menetapkan implementasi atas choice option yang ditujukan sebagai pemecahan yang suitable atas problematika yang dihadapi.

Menyentuh akar rumput dengan melihat problem fundamental secara sosial akan membuat pemimpin mampu melihat dari perspektif yang berbeda, meski harus berhadapan dengan resiko diranah politik, setidaknya kerangka keputusan kritis yang dibuat telah diupayakan untuk mereduksi resiko karena eksplorasi masalah telah secara langsung diidentifikasi pada lapis terbawah dan dasar.

Esensi kepemimpinan adalah "Grow Up Others" dengan demikian, kepemimpinan yang transformatif ditengah gejolak riak politik harus mampu membangun konsolidasi kekuatan politik langsung yang terlibat dalam hal ini seluruh elemen warga bangsa untuk melihat kepentingan yang lebih luas.

Pemilahan data dan informasi harus secara objektif dan subjektif dibangun dari keterwakilan gagasan tentang kemaslahatan publik dibanding golongan terlebih segelintir elit, menghindari terjadinya decision error.

Pada sisi lain, kepemimpinan mensyaratkan orientasi pandangan yang dimiliki baik dalam aspek legal maupun power ditujukan bagi aspek strategis dan gagasan besar dengan substansi utama terpaku pada hal mendasar yakni people.

Karena dengan berfokus kepada people maka konsensus yang terbangun pun akan mendapatkan legitimasi yang lebih kuat. Jadi, kunci kepemimpinan mendatang terletak pada kemampuan membangun keintiman dengan audiens yang meluas dalam hal ini pemilik kedaulatan yakni rakyat itu sendiri, sesuai konstitusi.

sumber foto:  makarrak.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar