Senin, 13 Oktober 2014

Membangun Optimisme melalui Pesimisme dalam Logika Reversi




Dalam sebuah kompetisi yang berlangsung, kita akan berhadapan dengan berbagai upaya guna menguatkan posisi persaingan kita, tentu dibutuhkan kekuatan mental secara menyeluruh untuk dapat melalui fase persaingan dan keluar menjadi pemenang.

Sebagian kalangan berpendapat tentang pentingnya optimisme serta membuang jauh pesimisme, dalam logika yang terbalik, kita terkadang perlu memiliki pehamaman pesimisme guna mengatasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi.

Pada sebuah kompetisi, maka yang menjadi kepastian adalah kondisi perubahan, sementara itu tiada jaminan akan keberhasilan yang dapat digaransi pada periode penuh dinamika berfluktuasi saat perubahan itu terjadi.

Ketidakpastian adalah menu utama dalam momentum yang bergerak, dan resiko adalah konsekuensi yang harus pertanggungjawaban atas semua tindakan serta keputusan yang telah dan akan kita ambil kemudian.

Bila kerangka berpikir yang kita bangun berada dalam format serupa, maka berpikir melalui sudut pandang pesimisme sesungguhnya memberi ruang reflektif evaluasi, sehingga terdapat kesempatan untuk melakukan koreksi dan berbagai perbaikan.

Ketika kompetisi berlangsung, maka persiapan dan latihan adalah sarana untuk terus menerus beradaptasi atas lingkungan yang dinamis, sehingga optimisme nan prematur dan terlalu dini kerap mengelabui kondisi realita.

Pengalaman kegagalan industri besar sebut saja semacam Kodak maupun Nokia sebagai contoh adalah bagian dari pengabaian atas kondisi pasar yang sudah berubah, pendatang baru hadir menawarkan nilai kompetitif, sementara penguasa pasar jumawa untuk mengikuti perubahan tersebbut.

Ketika optimisme dibangun dengan keangkuhan, maka persaingan akan menghukum dengan keras, terbukti kedua produsen raksasa sekelas Kodak dan Nokia pun harus tunduk dalam mekanisme persaingan.

Pesimisme sesungguhnya membuat kondisi kita untuk berada diluar comfort zone yang membuat terlena, pertanyaan akan kekhawatiran harus terus menerus dijaga, agar kita selalu bersiap diri untuk segala kemungkinan terburuk.

Perencanaan adalah aspek penting mengatasi persaingan, dan kompleksitas yang komprehensif pada sebuah rencana hanya dapat dibangun melalui logika bertanya secara kontinu akan segala kemungkinan.

Dititik inilah pesimisme menjadi penting untuk menguji konsistensi atas strategi yang dibangun menjawab kompetisi yang semakin ketat menyesakkan. Pada ruang yang berbeda disaat yang bersamaan, kita menambahkan nilai sesuai dengan kondisi perubahan yang terjadi.

Perencanaan membutuhkan berbagai alternatif solusi sebagai back up manakala suatu kondisi tidak berlangsung sempurna, sehingga jawaban yang dibangun bukan solusi tunggal, dan upaya yang dapat dibuat dalam memperbanyak varian alternatif adalah dengan memasuki alam pesimisme untuk melihat potensi fit fall dan resiko yang mungkin dapat dihadapi.

Jadi, berpikir pesimis merupakan langkah yang dapat dikembangkan dalam membangun optimisme secara objektif karena kita telah mempersiapkan diri dalam segala kemungkinan yang terjadi saat ketidakpastian masa depan dalam era persaingan semakin mengemuka.

Sumber foto: www.itoday.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar