Dalam sebuah kompetisi yang
berlangsung, kita akan berhadapan dengan berbagai upaya guna menguatkan posisi
persaingan kita, tentu dibutuhkan kekuatan mental secara menyeluruh untuk dapat
melalui fase persaingan dan keluar menjadi pemenang.
Sebagian kalangan berpendapat
tentang pentingnya optimisme serta membuang jauh pesimisme, dalam logika yang
terbalik, kita terkadang perlu memiliki pehamaman pesimisme guna mengatasi
berbagai kemungkinan yang akan terjadi.
Pada sebuah kompetisi, maka yang
menjadi kepastian adalah kondisi perubahan, sementara itu tiada jaminan akan
keberhasilan yang dapat digaransi pada periode penuh dinamika berfluktuasi saat
perubahan itu terjadi.
Ketidakpastian adalah menu utama
dalam momentum yang bergerak, dan resiko adalah konsekuensi yang harus
pertanggungjawaban atas semua tindakan serta keputusan yang telah dan akan kita
ambil kemudian.
Bila kerangka berpikir yang kita
bangun berada dalam format serupa, maka berpikir melalui sudut pandang
pesimisme sesungguhnya memberi ruang reflektif evaluasi, sehingga terdapat
kesempatan untuk melakukan koreksi dan berbagai perbaikan.
Ketika kompetisi berlangsung, maka
persiapan dan latihan adalah sarana untuk terus menerus beradaptasi atas
lingkungan yang dinamis, sehingga optimisme nan prematur dan terlalu dini kerap
mengelabui kondisi realita.
Pengalaman kegagalan industri besar
sebut saja semacam Kodak maupun Nokia sebagai contoh adalah bagian dari
pengabaian atas kondisi pasar yang sudah berubah, pendatang baru hadir
menawarkan nilai kompetitif, sementara penguasa pasar jumawa untuk mengikuti
perubahan tersebbut.
Ketika optimisme dibangun dengan
keangkuhan, maka persaingan akan menghukum dengan keras, terbukti kedua
produsen raksasa sekelas Kodak dan Nokia pun harus tunduk dalam mekanisme
persaingan.
Pesimisme sesungguhnya membuat
kondisi kita untuk berada diluar comfort zone yang membuat terlena, pertanyaan
akan kekhawatiran harus terus menerus dijaga, agar kita selalu bersiap diri
untuk segala kemungkinan terburuk.
Perencanaan adalah aspek penting
mengatasi persaingan, dan kompleksitas yang komprehensif pada sebuah rencana
hanya dapat dibangun melalui logika bertanya secara kontinu akan segala
kemungkinan.
Dititik inilah pesimisme menjadi
penting untuk menguji konsistensi atas strategi yang dibangun menjawab
kompetisi yang semakin ketat menyesakkan. Pada ruang yang berbeda disaat yang
bersamaan, kita menambahkan nilai sesuai dengan kondisi perubahan yang terjadi.
Perencanaan membutuhkan berbagai
alternatif solusi sebagai back up manakala suatu kondisi tidak berlangsung
sempurna, sehingga jawaban yang dibangun bukan solusi tunggal, dan upaya yang
dapat dibuat dalam memperbanyak varian alternatif adalah dengan memasuki alam
pesimisme untuk melihat potensi fit fall dan resiko yang mungkin dapat
dihadapi.
Jadi, berpikir pesimis merupakan
langkah yang dapat dikembangkan dalam membangun optimisme secara objektif
karena kita telah mempersiapkan diri dalam segala kemungkinan yang terjadi saat
ketidakpastian masa depan dalam era persaingan semakin mengemuka.
Sumber foto: www.itoday.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar