Sebuah perjalanan
berkreatifitas bisa terjadi melalui banyak cara, tidak hanya ada
ruang kelas, namun bisa jadi secara inspiratif terhampar melalui
pengalaman hidup keseharian, dan disitulah makna kreatifitas
menunjukkan aura sejatinya yakni memberi nilai tambah bagi kehidupan
kita.
Magno Radio adalah bukti
bahwa dengan kreatifitas disertai dengan konsep yang kuat, akan
membuat sebuah produk mampu bersaing ditengah ketatnya kompetisi.
Sejatinya radio adalah perangkar elektronik yang dekat dengan
keseharian kita, dan kini telah terdiversifikasi kedalam berbagai
bentuk.
Bahkan, kemajuan
teknologi telah mampu menempatkan secara subordinasi radio pada
sebuah perangkat handphone. Namun tidak demikian dengan pemikiran
designer lokal Singgih Susilo Kartono sang empunya perusahaan Piranti
Works, produsen radio jadul bermerek Magno.
Degradasi keberadaan
radio, bahkan dengan berbagai merek superior dunia, dapat dibalik
serta dikembalikan dengan pemahaman bahwa terdapat kerinduan akan
kenangan masa kecil dalam romantisme nostalgia nan klasik dan vintage
yang mengacu pada style
era '30-an.
Dalam konsepsi pemasaran,
maka produk yang diluncurkan tersebut mengacu pada lapisan target
market spesifik yang sempit -niche market, diruang pasar yang
terbatas tersebut penghargaan produk dinyatakan dalam persetujuan
akan konsepsi serta gagasan akan keberadaan produk itu sendiri.
Nyatanya, gaya vintage
yang memadukan radio dengan bahan baku kayu pinus dan mahoni tersebut
sukses diakseptasi pasar, bahkan diganjar berbagai penghargaan design
tingkat dunia, tersebutlah International Design Resource Award
1997 di Seattle, Amerika Serikat, Good Design Award di Jepang
(2008) dan Brit Insurance Design Award di London (2009) serta
berbagai awards lain.
Publisitas mengalir
seiring dengan penghargaan internasional, produk yang terkesan oldish
tersebut mmiliki nilai jual yang tinggi karena kerumitan dalam aspek
perpaduan design dan fungsi elektronik, pun termasuk kehalusan
sentuhan dan hasil akhir dari implementasi design yang diusung.
Magno Radio telah
mejelajah dunia, bahkan melanglang buana hampir dibanyak negara mulai
dari Amerika Serikat (AS), Brasil, Eropa, Jepang, Korea Selatan, Hong
Kong, Singapura, Australia, dan Selandia Baru adalah pasar sasaran
utama meski tanpa berpromosi melalui saluran komunikasi utama.
Produk yang dihargai
dalam rentang $200-300 tersebut memang masih dikerjakan sebagai
sebuah bagian dari home and small industri berkapasitas produksi 300
unit perbulan. Menempati lokasi dapur produksi didaerah
Kandangan-Temanggung, Singgih jebolan Fakultas Seni Rupa dan
Desain Institut Teknologi Bandung (FSRD ITB)-1992, kembali membangun
potensi desa.
Design Unik,
Mendasar & Sederhana
Konsepsi yang kuat akan
bentuk kesederhanaan, saat memandang bentuk Magno Radio maka
imajinasi kita akan terbawa melayang pada kenangan masa lalu, dan
efek tersebut yang hendak dibangun oleh Singgih selaku product
designer. Baginya, desain berperan signifikan agar sebuah produk
berkualitas.
Sebagaimana penjelasan
dalam laman situs resmi di: www.magno-design.com,
Singgih menyelipkan karakter idealisme tentang pesan dan semangat
produk, bahwa produk yang baik menghadirkan kehangatan kehidupan dan
tidak hanya berlaku hanya sebagai produk pasif.
Hal ini pula yang menjadi
komentar dari William Harald Wong seorang Designer Grafis Malaysia
yang menempatkan produk Magno Radio sebagai benda hidup yang
memberikan sifat kesetiaan yang dibingkai dengan baik melalui design
produk yang hebat.
Secara visual, maka
membayangkan Magno Radio adalah benda serupa kotak suara yang
terinspirasi pada bentuk ikonik radio portabel yang kotak khas namun
memiliki sudut ergonomis yang kecil dan cembung, bertombol bulat
dengan kombinasi gabungan warrna gelap & terang kayu produksi
hasil hutan sebagai dasar radio.
Penekanan yang dibuat
melalui Magno Radio adalah membentuk relasi pengguna dan produk dalam
jalinan relasi yang bersifat integral sebagai bagian dari kehidupan
yang memberikan sinergi jiwa, dan Singgih dengan tepat memberikan
ruang refleksi untuk menyadari kearifan alam dan masa lalu sebagai
kewajiban moral dari pemilik produk atas hasil produksinya yang
ditularkan kepada pelanggan.
Jelas bahwa produk ini
dinanti karena dampaknya yang menentramkan hati, selain karena
fungsinya sebagai sarana mendengarkan radio, Kecintaan serta
pemahaman yang lengkap akan radio, kemudian membuat Singgih mampu
“menghidupkan” kotak musik tersebut. Baginya, radio menemani kita
dalam melakukan aktivitas keseharian, namun tidak menuntut banyak
perhatian seperti alat elektronik lainnya.
Sosiopreneur &
Ecopreneur
Bahan baku yang
dipergunakan adalah hasil hutan yang semakin hari semakin langka, dan
untuk itu Singgih memadukan dua keahlian sekaligus yakni
kewirausahaan yang berwawasan Sociopreneur (sosial) dan
Ecopreneur (lingkungan) dan mengharmonisasikan kedua hal
tersebut.
Pemberdayaan masyarakat
sekitar, memberikan nilai tambah produk dan memanfaatkan hasil hutan
secara berkesimbungan hanya dapat dilaksanakan bila terdapat
kesadaran yang mendalam. Bentuk yang sederhana adalah wujud dari
bagaimana produk dirancang secara efektif mereduksi pemakaian bahan
material secara berlebih, termasuk mengrungani dampak limbah yang
dihasilkan.
Bagi Singgih, produk
secaara built-in membangun keterhubungan antara manusia dan alam
lingkunga sekitarnya. Prinsip utama yang dipegang adalah design
produk harus mampu memecahkan masalah sekaligus meminimalkan dampak
yang dihadilkan, sehingga Magno radio memang bukan mass product
melainkan bagian dari koleksi berharga yang menjadi kebanggaan.
Dalam kepentingan
mempertahankan kelastarian hutan sebagai sumber bahan baku, Singgih
melakukan replanting hutan, dengan melibatkan anak-anak dilingkungan
sekolah disekitarnya yang akan bertindak sebagai generasi dimasa
mendatang, menjaga bumi tetap hijau sekaligus mempertahankan secara
berkesimbungan bahan baku produksi -sustainable supply.
Secara filosofis, Magno
dikenali sebagai sebuah brand yang mengusung gagasan akan
keberlanjutan hidup secara alamiah dan -go green. Magno
sendiri dimaknai sebagai alat serta sarana bantu dalam melihat
rincian secara detail layaknya fungsi kaca pembesar.
Kekuatan produk Magno
terletak pada konsepsi design bentuk yang sederhana, indah dan
berkualitas tinggi dengan detail pekerjaan yang kompleks perfecto.
Berlogo huruf g yang klasik nan unik layaknya memorabilia, demikian
Magno hendak dikenalkan kepada para pencintanya.
Proses produksi yang
dipergunakan oleh Singgih dalam menciptakan Magno Radio,
diperkenalkan sebagai teknik New Craft, sebuah proses
penciptaan kerajinan dalam proses manufaktur tingkat dsasar dengan
teknis keterampilan tradisional yang mengandalkan keahlian khusus
tangan manusia disertai sentuhan manajemen modern dalam menjalankan
roda produksi tersebut.
Pada metode tersebut,
maka Singgih menempatkan faktor terpenting adalah sumberdaya manusia
yang terampil dibalik proses kreatif berkerajinan, oleh karena itu
manusia yang terlibat pada proses produksi tidak hanya berlaku
sebagai pekerja, melainkan menjadi sumber produksi utama nan
signifikan.
Memaknai
Kayu & Evaluasi
Dalam perspektif Singgih,
kayu adalah bentuk dari simfoni kekasaran dan kelembutan yang alamiah
dan natural, bebas dari aspek sintetik yang khas merupakan karunia
alam. Karena kayu adalah hasil produksi dari pohon sebagai tumbuhan,
maka sentuhan manusia yang menjadikan kayu dalam sebuah produk
seperti magno radio menjadi memiliki jiwa.
Kayu sebagai bahan Magno
Radio memancarkan keindahan yang memiliki proses menakjubkan dalam
pertumbuhan dirinya. Singgih menilai kayu memiliki keindahan tekstur
serta kesejarahan bila kita melihat umur kayu dari lingkaran waktu
pada sebuah batang kayu.
Pada kesempurnaan yang
terdapat disebuah kayu, kita dapat memahami dan menyerap pelajaran
penting mengenai kehidupan, kesinambungan dan batasan sebagai sebuah
karakter. Dan tidak pelak bila Magno Radio menjadi representasi dari
serangkaian nilai hakiki tersebut.
Tantangan berkelanjutan
dalam kompetisi pasar adalah munculnya produk setara dan kompetitor
sejajarnya, maka yang harus dapat dipastikan dari keberadaan Magno
Radio adalah memastikan lapisan konsumen yang spesifik tersebut,
untuk tetap memiliki persepsi positif akan brand Magno yang kuat
sebagai produk natural.
Lebih jauh lagi,
mempertahankan selera yang bisa berubah seiring dengan perubahan
demografi adalah tantangan lanjutan, karena kenangan masa lalu
harusnya dapat ditularkan antar generasi sehingga tidak kehilangan
lapisan penikmat Magno.
Bisa jadi, challenge bagi
Magno dikemudian hari apakah produk dengan simbolisasi vintage
ini mampu memodifikasi dirinya berjalan selaras dengan jaman, seperti
melibatkan warna non natural bagaikan fase retro yang
muncul dijaman setelahnya periode 60-70'an meski sama dalam kategori
jadul.
Salam Kreatif
Sumber foto:
blog.blomming.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar