Rabu, 01 Oktober 2014

Koalisi Saling Bertarung, Rakyat Terjepit Ditengah



Pertarungan politik kali ini tidak berada diranah substansi, penguatan posisi antar kubu imbas PilPres terkristalisasi hingga lingkup legislatif, dan hal itu semakin menjauhkan pembahasan agenda hajat hidup publik.

Koalisi partai yang terbelah dan terpolarisasi tersebut, membentuk kutub yang sulit bersinergi dan tidak bisa berada dalam satu sudut pandang yang sama dalam membahas tematik kerakyatan.

Ego kelompok dibangun dengan alasan yang sama, demi kepentingan rakyat! Entah apakah itu wujud dari representasi atas aspirasi publik yang diwakili, atau sekedar alasan yang dibangun untuk membangun sebuah dasar pembenaran.

Secara jelas, kondisi kubu koalisi partai kali ini semakin meruncing dan semakin mengkhawatirkan. Banyak aspek krusial yang luput dibicarakan dibanding politik permukaan kulit.

Kita belum masuk pada persoalan tantangan globalisasi, lemahnya nilai tukar, defisit perdagangan, kondisi ekonomi mikro dan makro, kendala infrastruktur, subsidi BBM serta upaya pencapaian tujuan strategis kesejahteraan bangsa sehingga setara ditingkat dunia.

Selebriti politik yang dilantik kali ini, mulai terjebak dipusaran epidermis. Eskalasi optimisme gagal dibangun, karena kita berpusat pada Pride politik kelompok bukan sebagai sebuah negara-bangsa.

Kalau kita terus tersandera dengan drama politik yang irasional seperti ini, jangan pernah tanya apa yang bisa dibangun secara bersama, karena tiada kebersamaan, kecuali hanya kelompok Anda dan kelompok kami.

Politik dalam konteks bernegara bukan soal logika zero sum game, karena mereka mewakili suara yang diharapkan membawa perubahan positif bagi bangsa ini ke depan.

Jika koalisi selalu bertarung secara adequate, maka satu yang pasti rakyat-lah yang menjadi korban dari pergulatan elit. Merah Putih Indonesia harus Hebat dan Raya sebagai sebuah kesatuan yang utuh dan tidak bisa dipisahkan.    

Sumber foto: m.okezone.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar