Expo otomotif terbesar
domestik secara nasional yang bertajuk IIMS 2014 mencatat rekor baik
dalam jumlah pengunjung maupun transaksi penjualan.
Meski menjadi sarana
ekspose atas perkembangan dunia otomotif, tentu saja pemegang merek
tidak kalah cerdas untuk memanfaatkan hal tersebut sebagai momentum
sales.
Tercatat nilai total
transaksi sebesar Rp 5,45 triliun, yang diperoleh dari penjualan
19.746 unit kendaraan bermotor di ajang pameran, artinya setiap hari
selama Expo IIMS berlangsung terdapat 1.795 unit mobil yang terjual.
Prestasi yang ditorehkan
pada IIMS kali ini memang tercatat lebih besar dari segi nilai
penjualan kendaraan, dibandingkan Rp 4,9 triliun, pada 2014, meski
secara jumlah unit mengalami stagnasi dengan eskalasi 1,95% dari
periode sebelumnya.
Jumlah kunjungan pun
bertambah hingga mencapai 380.365 orang, naik dari tahun sebelumnya
yang hanya 373.661 orang dengan melibatkan total 36 merek kendaraan,
terdiri dari 19 kendaraan penumpang, tujuh merek niaga, serta 286
perusahaan industri pendukung.
Apa Maknanya?
Pameran otomotif IIMS
menjadi barometer kemajuan teknologi sekaligus indikator ekonomi, dan
jika berkaca dari hasil yang dicetak pada tigkat penjualan beserta
kunjungan tersebut, maka anomi masyarakat akan berkendara pribadi
masih terbilang tinggi, meski disebut bahwa pertumbuhan ekonomi kita
mengalami berada dalam posisi stagnan menuju decline.
Kondisi gairah memiliki
mobil pribadi tersebut, jelas merupakan tamparan keras bagi
pemerintah yang gagal melakukan perbaikan sistem transportasi publik,
sehingga kemudian masyarakat lebih memilih untuk menggunakan
kendaraan yang berbasis individual dibanding komunal.
Padahal salah satu yang
dianggap sebagai kendala dalam sektor keuangan pemerintah adalah
kemampuan yang terbatas dalam melakukan tambalan subsidi BBM, yang
notabene dikonsumsi oleh kendaraan pribadi semacam yang transaksikan
melalui sesi perdagangan seperti IIMS.
Jika subsidi dalam APBN
2015 untuk BBM sebesar 46 juta KL dengan nilai sebesar Rp276 triliun,
maka laju penghabisan subsidi akan semakin mengucur deras dihisap
oleh berbagai kendaraan baru, dan kita belum berhitung jumlah
kendaraan eksisting yang telah terjual diluar forum IIMS tentunya.
Khususnya dikota besar
seperti Jakarta, bahkan penambahan ruas jalan tol sekalipun tidak
menurunkan angka kemacetan. Pertumbuhan moda transportasi yang datang
dari Jakarta serta berbagai daerah penyangga (BoDeTabek) akan sulit
untuk terus diimbangi dengan penambahan jumlah jalan karena
keterbatasan lahan dan ruang. Dampaknya? Kemacetan semakin tidak
tertahankan, memboroskan begitu banyak bahan bakar yang dipergunakan
secara percuma.
Bila sudah demikian, apa
yang hendaknya secara bergegas dilakukan oleh Pemerintahan Terpilih
mendatang? Segera melakukan perbaikan sektor transportasi, melakukan
percepatan pembangunan moda transportasi massal yang memeberikan
kemudahan dalam aksesibilitas (keterjangkauan) dan konektifitas
(keterhubungan) antar titik mobilisasi.
Membayangkan kecepatan
mobilisasi antar lokasi dengan menggunakan Monorel dan Mass Rapid
Transit serupa dengan negara tetangga Singapore yang nyaman, bersih,
tertib dan selalu tersedia jelas merupakan dambaan, tentu membutuhkan
ketegasan dalam aturan, disertai dengan konsistensi akan kebijakan
serta komitmen nan kuat dalam implementasinya.
Sesungguhnya tidak ada
yang salah dari IIMS sebagai ajang eksebisi dan pagelaran otomotif
yang memperkenalkan teknologi terbaru dan jenis tekonoli dimasa
mendatang, dan Indonesia menjadi terhormat menjadi lokasi perhelatan
yang diliput secara luas tersebut, sayangnya ekses konsumtif sulit
dibendung, dan untuk itu pemerintah harus sigap mengantisipasi
melalui strategi pembangunan disektor transportasi.
Sumber foto: www.tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar