
Tentu hal ini adalah
sebuah kebanggan bagi si penerima, menjadi sebuah prestise tersendiri
karena karya dan prestasi yang dibuktikan mendapatkan apresiasi serta
tanggapan positif. Bagi pak Presiden, nampaknya gelar Doktor H.C
adalah bahagian dari prestasi tahunan, dalam dua periode kepemimpinan
didapuk 10 gelar, artinya bila dihitung prorata maka hampir setiap
tahun mendapatkan gelar baru.
Bukan hanya itu,
Universitas didalam dan luar negeri pun memberi ganjaran berupa
Doktor H.C terbilang dari mancanegara seperti: Amerika Serikat,
Thailand, Jepang, China, Malaysia dan Singapura, lebih jauh lagi
pretasi yang diukir pun atas berbagai bidang semisal: Hukum, Politik,
Pertanian, Media dan pemerintahan, Kepemimpinan dan Pelayanan Publik,
Perdamaian serta Pendidikan-Kebudayaan.
Hal tersebut tentu
merupakaan anugerah yang pantas didapatkan sesuai dengan kerja yang
dilakukan. Namun sayangnya, pemberian gelar Doktor H.C dipenghujung
pemerintahan kali ini agak tidak nyaman dengan kondisi yang serupa
atas bidang Pendidikan dan Kebudayaan, tengok saja soal kekerasan
maupun pelecehan hak anak diruang sekolah, termasuk belum memadainya
berbagai infrastruktur serta kualitas pendidikan meski komitmen
alokasi anggaran bagi pendidikan telah menyentuh 20%.
Terlebih lagi pada soal
kebudayaan, saat kita berbicara tentang korupsi menjadi penyakit baru
yang mendarah daging tlah menjadi sebuah kebudayaan baru dalam
kehidupan bernegara. Persepsi publik yang buruk tentang penyelenggara
negara dan para pejabat publik harusnya menjadi sebuah ironi
tersendiri yang memperlihatkan betapa rapuhnya aspek kebudayaan dalam
kehidupan kita.
Jelas bahwa masih banyak
catatan kerja yang tersisa, harus dituntaskan untuk membangun
kebanggaan bersama sebagai sebuah negara. Kita tentu berbangga bila
para pemimpin dipanggung terhormat mendapatkan sambutan dalam
apresiasi tertinggi secara akademik dengan pemberian gelaran Doktor
H.C, dan hal itu harus dapat menginspirasi dan menjadi contoh kepada
publik tentang kerja keras dalam mencari dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan sebagai sumber kemajuan.
Dilain pihak, kita tentu
berharap prestasi itu dapat tertular kepada bangsa ini secara
keseluruhan, karena kita menghadapi tantangan yang berat dalam era
pasar bebas dan globalisasi yang akan menjelang. Tentu perbaikan
dalam bidang pendidikan dan kebudayaan menjadi hal terpenting, karena
keduanya menjadi dasar bagi tonggak utama pembangunan manusia
Indonesia yang seutuhnya dan memiliki daya saing secara
internasional.
Sumber Foto:
log.viva.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar