Kamis, 23 Oktober 2014

Maju Mundur Cantik Kabinet Jokowi ala Syahrini




"maju, maju cantik... mundur, mundur cantik.." desah Syahrini.

Jelas sekali Jokowi memahami filosofi tersebut secara gamblang, maju-mundur struktur komposisi kabinet tentu harus diakhiri dengan cara cantik nan elegan.

Persoalan waktu, masih sangat debatable, karena sesuai koridor tenggat yang diberikan, maka presiden terpilih memiliki ruang waktu penentuan yang cukup hingga 2 pekan.

Kalau sudah begitu, tentu bersabar menjadi pilihan, karena semua kini pertaruhannya ada ditangan Jokowi dan berbagai pertimbangan pengaruh lain yang dirasakan diperlukan.

Permainan maju cantik pertama adalah pelibatan KPK dan PPATK agar kabinet yang bersih dan bebas kepentingan menjadi lebih clear.

Terlebih kabinet kerja ini harus terbebas dari persoalan hukum, apalagi bila kemudian tersangkut kasus hukum, maka harus memiliki aspek keterpilihan dengan warna pertimbangan hijau dibanding merah atau kuning sesuai rujukan KPK dan PPATK.

Spekulasi soal nama harus dibebaskan dari berbagai bola liar yang bersifat agenda konspiratif bak film fiksi yang penuh prasangka dan praduga tak berkesudahan.

Lalu mundur cantik yang kedua adalah membuat berbagai pihak menunggu, bak telenovela yang berakhir dengan episode menggantung sudah pasti rasa penasaran semakin berdebar menanti.

Pada akhirnya Jokowi memang harus bijak, penasaran yang tidak berkesudahan pasti berakhir keputusasaan, hal ini menimbulkan ketidakpercayaan, dan perlu netralisasi sebagai madu bagi penawar racun.

Publik paham Jokowi perlu berhati-hati karena keputusan besar sangat tergantung racikan kabinet yang dibuatnya dapat sesuai dengan harapan akan ekspektasi banyak pihak, namun perlu juga dipahami bahwa persetujuan belum menjadi jaminan kesepakatan bulat seluruh pihak.

Peran "ask the audience" penting layaknya kuis "deal or no deal" terbukti 80% jawaban dari opsi tersebut menghasilkan kebenaran, maka sisa 20% lagi atas sebuah keputusan tentu sangat bergantung intuisi kepemimpinan.

Sehingga tidak perlu ada keraguan dalam keputusan yang dihasilkan, toh sebagai penentu akhir saat performa kabinet dirasa tidak cukup dalam mengejawantahkan arahan kerja sesuai maksud presiden, toh masih ada mekanisme re-shuffle.

Betul bahwa sebisa mungkin kabinet yang digagas sejak awal solid hingga akhir pemerintahan, agar roda pemerintahan berjalan stabil, namun perlu direminder pula kepada para pembantu presiden bahwa metode penggantian adalah mungkin, sehingga bekerja optimal sebuah keharusan bila tidak sesuai unjuk kinerja, maka harus legowo untuk kemudian diganti.

Jabatan itu tidak bersifat ajeg nan statis, namun dinamis, sehingga kabinet adalah soal art and science in a bundling, inilah ujian pertama Jokowi.

Kita kini tidak hendak dibuat ambigu, beralih dari politik citra menjadi politik simbolik dengan perlambang akan lokasi tertentu, karena kerja itu harus dimulai sekarang tanpa harus ditunda lagi, sebab negeri ini merindu para pejabat yang bekerja untuk rakyatnya dibandingkan sebaliknya.

Karena itu, maju, maju cantik.. mundur, mundur cantik.. jangan sampai terpeleset.

sumber foto:  sidomi.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar