Mendadak matematika SD
menjadi hal yang dicermati oleh para pihak, mulai dari orang awam
sampai pada Doktor teoritik dan Professor dibidang Matematika itu
sendiri. Terus terang dalam konsep yang sangat praktis, matematika
memang soal konsensus mengenai suatu rumusan secara salah-benar.
Namun agaknya kita
abaikan kebebasan ekspresi dan ruang dialog, masalahnya terbentang
pada aspek tujuan pengajaran yang hendak dicapai. Bila kemudian
kurikulum 2013 yang digadang memiliki kemampuan dalam eksperimentasi
belajar, memberikan kebebasan eksplorasi, maka perbedaan sudut
pandang bisa dipahami, karena konsepsinya adalah penghargaan atas
keberagaman.
Kembali ke soal
Matematika, ukuran dari tujuan pemahaman kalkulasi yang diharapkan
ditingkat SD tentu berbeda dengan tingkat diatasnya, apalagi sekelas
Doktor dan Profesor Matematik yang konsepsional mendasar &
fundamental, sepanjang sejarahnya ahli kalkulus umumnya memang
filusuf.
Pada pemahaman dasar,
yang dijadikan acuan adalah sejauhmana anak bisa belajar dengan
berbahagia, sehingga menerima informasi yang berguna bagi kebutuhan
dirinya secara lebih banyak. Bahwa sang anak sudah belajar dengan
baik dan mau mengerjakan pekerjaan rumah adalah sebuah nilai
kedisiplinan yang perlu diakui dilain pihak.
Sedangkan pada aspek
pencapaian materi belajar, maka kemampuan untuk menterjemahkan soal
dipilah dari konsepsi teoritik matematis yang njelimet wabilkhusus
ruwet. Bagaimana konsepsi 2013 dapat menjawab polemik dalam
perdebatan ini? Proses atau hasil? Indikator pencapaian ada
dikonsensus hasil akhir atau cara mencari informasi, mengurai dan
menganalisa dan menjawab?.
Matematika anak SD kali
ini menjadi bahasan yang bias, bila kita hanya berpaku berdasarkan
pakem tematik yang matematis. Padahal ilmu adalah pendukung dari
pembangunan Lifeskill, yang dijadikan sebagai alat bantu dalam
menjalankan hidup keseharian.
Bayangkan saja, bila si
anak itu besar dan menjadi pedagang, lalu dia mendapatkan pembayaran
dari pelanggannya? Mau dibayar 400 x 6 koin atau 4 koin x 600? toh
endingnya dia mengerti dan mengetahui bahwa harga jual yang pantas
bagi penghargaan atas usahanya adalah 2.400 bukan?.
Banyak orang pintar,
namun hanya memintarkan dirinya, ilustrasinya para koruptor banyak
yang bergelar Profesor dan Doktor tapi tidak paham soal makna
operator sandi matematik, seperti: bagi (: bersedekah), kali (x
berbuat bagi bangsa), kurang (- efisiensi) dan hanya mengenal didalam
otaknya secara individualistik operator tambah (+ memperkaya diri).
Kalau sudah begini,
terima kasih buat anak SD yang telah berusaha keras untuk
menyelesaikan tugas rumahnya, salut untuk pak guru yang penuh
komitmen untuk taat azas atas ilmunya, dan kita semua yang mendadak
menjadi pemerhati pendidikan yang semakin menyingkap celah kekurangan
dari sendi pendidikan negeri yang ditujukan bagi upaya pencerdasan
anak bangsa itu.
Sumber Foto:
andihoo.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar