Sudah jamak memang penggunaan tokoh
atau figur dalam promosi pemasaran produk, dan secara umum
efektivitas figur populer sebagai ikon promosi pemasaran produk
terbilang mampu mendongkrak awareness akan produk dilevel dasar
sebagai infrastruktur yang perlu ditindaklanjuti menjadi sebuah
ketertarikan lebih lanjut.
Pemilihan karakter tokoh yang akan
dipergunakan dalam sebuah aktifitas promosi produk harus sesuai
dengan tujuan yang akan diharapkan dari image produk tersebut.
Umumnya, figur yang paling sering
menjadi duta produk berasal dari kalangan selebriti didunia hiburan
yang memiliki fundamental keterkenalan luas, sehingga mampu
mendongkrak brand guna mendapatkan perhatian khalayak.
Sehingga, keberadaan selebriti dalam
agenda pemasaran menjadi seolah pakem baku dalam pengembangan produk
secara keseluruhan, padahal hal tersebut hanya berdampak ditingkat
dasar dalam hirarki penjualan.
Pada produk dengan spesifikasi khusus
dengan keterlibatan tinggi dalam pengambilan keputusan, maka faktor
penarik visual semacam figur selebriti menjadi tidak signifikan,
dimana pada produk high involvement akan lebih diperlukan penjelasan
informatif dari sebuah produk sebagai kekuatan karakter secara
aktual.
Umumnya produk dengan keterangan
berteknologi, memiliki kerumitan khusus hingga uraian yang detail,
sehingga berdaya jual tinggi selaras dengan kualitas yang ditawarkan,
menjadi tidak powerfull model penggunaan selebriti dalam marketing
promotionnya.
Sedangkan untuk produk low involvement
yang diidentifikasi sebagai produk massal yang dikenali dengan
rendahnya keterlibatan pemahaman akan pengambilan keputusan, patut
mempertimbangkan penggunaan tokoh atau figur selebriti yang
bersesuaian dalam membangun keterkenalan merek.
Publik yang visual dengan keterpaparan
media komunikasi utama serupa televisi memang akan lebih match dengan
pola promosi pemasaran berbekal ikon selebriti.
Pemilihan karakter figur pun diboboti
dengan pengukuran popular meter, tidak hanya keterkenalan dan
tampilan yang menarik sebagai patokan utama, namun juga kredibilitas
akan citra public figure tersebut harus bersinergi dengan image
produk sesuai dengan harapan pemilik merek.
Dengan demikian diharapkan dapat
terbentuk efektivitas dalam penguatan promosi penjualan, terlebih
bila selebriti tersebut menjadi corong efektif yang dinamis bagi
promosi meluas.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan
membangun pola acak dalam promosi pemasaran, dimana penggunaan
selebriti dilakukan pada produk high involvement untuk melakukan
penyegaran.
Semisal penggunaan ikon Agung Herkules
bagi Iklan Mercedes Benz yang memberikan image mengenai produk handal
dan kuat, atau ikon Ayu Ting-Ting untuk Iklan Iphone yang slim and
elegance.
Menarik dipelajari apakah pola promosi
pemasaran dengan format cross-over sedemikian dapat meningkatkan
awareness konsumen? Meski berkemungkinan kecil, tapi bisa jadi
inovasi baru dalam pola promosi pemasaran.
Sumber foto: www.databeatsemotion.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar