Kenaikan
harga BBM nampaknya hanya menunggu waktu, besaran subsidi yang akan dipangkas
masih belum bisa dipastikan, namun kisaran eskalasi harga diprediksi akan
berada disekitar Rp2.000-3.000/ liter.
Dengan
demikian, melalui pendekatan tersebut, pemerintah berencana hendak menutup
defisit anggaran yang timbul, dengan mereduksi subsidi BBM sebagai sumber
efisiensi APBN.
Secara
sosial, instrumen bantuan langsung maupun tidak langsung dalam berbagai program
pemerintah dibidang kesehatan, pendidikan dan keluarga pra-sejahtera diharapkan
dapat berlaku sebagai kompensasi sebagai upaya menjaga daya beli.
Keberatan
banyak pihak akan kerangka kenaikan harga BBM oleh pemerintah didasari oleh
berbagai alasan terkait, mulai dari penurunan harga minyak dunia, problem
sosial-ekonomi sampai politik, termasuk pula kalkulasi atas dampak turunan bagi
dunia bisnis, seperti industri otomotif.
Bisnis
Hilir Pertamina
Tidak
semua larut dalam kesulitan seperti diatas, salah satu yang menyongsong
dengan senang hati pemberlakuan pengurangan subsidi BBM adalah industri hilir
retail SPBU-non Pertamina.
SPBU
asing yang selama ini nampak tidak memiliki daya saing karena kelemahan tarif
eceran, mulai patut diperhitungkan, karena pemerintah membuka secara lebar
celah layanan tersebut, dan potensi itu tentu tidak akan dibuang percuma.
Dominasi
Pertamina sebagai organisasi yang ditunjuk oleh pemerintah dan berhak untuk
melakukan pengelolaan distribusi BBM, masuk dalam kategori industri hilir, yang
berhubungan langsung dengan end user, membuat perusahaan yang dahulu berlogo
kuda laut itu menjadi “key player” menuju monopoli.
Regulasi
dan subsidi menjadi daya dukung Pertamina untuk bermain dibidang distribusi
BBM, para pesaing yang rerata adalah pelaku dan operator asing tidak mampu
mengejar kemampuan gerak Pertamina karena previledge yang dimiliki tersebut.
Momentum
pun bersambut, pemerintah kini telah berancang-ancang untuk menaikkan BBM,
membuat disparitas akan harga jual BBM Pertamina dan kompetitor menjadi tidak
signifikan, dan sekali lagi, bagi SPBU asing hal ini menjadi sebuah berkah.
Kemampuan
memadukan bisnis SPBU sebagai sebuah jasa terintegrasi, membuat SPBU asing
lebih kuat dalam aspek kualitas akan standart layanan, serta jaminan reputasi
dan kredibilitas penjual.
Pertamina
bukan tanpa daya upaya, sertifikasi SPBU dengan logo PastiPas mencoba
memberikan frame layanan dasar yang bersifat melayani, dan pada beberapa kasus
hal itu berhasil, namun masih banyak yang belum berubah.
Apakah
akan terdapat pengaruh dari kenaikan harga BBM pada bisnis Pertamina, jawabnya
tentu saja dari kemampuan para pesaingnya meningkatkan value dari layanan yang
diberikan pada pelanggan.
Pembangunan
sistem jaringan layanan, keterjangkauan lokasi, serta memberi solusi atas
rumusan pelayanan yang semakin memberikan rasa nyaman serta penuh keamanan,
akan mendukung peningkatan nilai bisnis SPBU asing dari waktu ke waktu.
Disisi
yang berbeda, pencabutan subsidi BBM, perlu membuat Pertamina untuk mereposisi
bisnis hilirnya, karena harga bukan menjadi keunggulan bersaing secara mutlak,
yang menyebabkan para pembeli kemudian datang secara berulang di outlet SPBU
milik Pertamina.
Panjangnya
antrian dan harga yang tidak lagi kompetitif, serta beberapa kejadian yang
tidak menyenangkan, mulai dari potensi kriminalitas, hingga praktek culas di
SPBU plat merah tentu akan semakin mendegradasi nilai merek perusahaan
tersebut.
Langkah
sigap Pertamina perlu dibuat secara profesional untuk kembali melakukan
penataan layanan, karena kini saatnya bertanding dan mencari, bukan lagi
disuapi dengan penuh kemudahan.
Arsitektur
pelayanan harus diinternalisasi secara meluas, karena Pertamina dalam
pengembangan jaringan melibatkan peran swasta, dan untuk itu edukasi akan
konsep layanan paripurna perlu diimplementasikan secara praktis.
Bila
hal tersebut telah menjadi sebuah kesadaran baru pada perusahaan sekelas
Pertamina tentu bukan hal yang mudah, mengurai tumpukan lapis birokrasi
diddalamnya.
Semoga momentum ini menjadikan Pertamina sebagai perusahaan
tangguh, profesional dan berkelas dunia yang dihormati karena kemampuan
strategi bisnisnya lebih dari sekedar asupan subsidi pemerintah.
Sumber foto: www.linkedin.com